Posts

Showing posts from June, 2020

Resah

Image
  Hatiku resah terjerat rasa. Jiwaku melayang terbang jauh. Mencari bayangmu, kekasih hatiku. Rindu yang membara bak bara tersimpan. Membakar relung hati. Mengikis ketenangan. Dengan cahaya rembulan, menghangatkan kalbu. Setiap detak jantung, seakan memanggil nama yang terucap dalam lirih angin malam. Di setiap langkahku, jejakmu mengikut. Di setiap mimpi, sosokmu hadir. Namun jari-jariku tak mampu meraih. Oh kasih, dalam gelap kupandangi bayang. Apakah kamu merasakan resahku dalam kerinduan yang tak berujung? Seperti ombak yang tak henti menghempas pantai. Hatiku merana dalam penantian. Merangkai asa dalam untaian do'a. Bahwa satu hari, kita kan bersua. Seperti dua bintang bertemu di langit. Menghapus resah. Menenangkanku kembali.  

"Hai, Cuma Mau Sapa."

Image
"Hai, cuma mau sapa," dia bilang. Suara lembut bagai angin pagi. Hembuskan melodi hati, hangat di telinga. Kata-kata menari dalam sejuknya. Senyum menawan menggugah rasa. Seakan dunia ini tak pernah bengang. Di antara langkah-langkah penuh bahagia, ku lihat sinar memancar dari matanya. Cahaya lembut, berbicara tanpa suara. Menyentuh jiwa. Mencipta ceria. Waktu pun berlari, seolah tak ingin berhenti. Aku terpaku akan pesonanya yang luar biasa.   Kisah ini tak terduga. Tak pernah ingin terulang. Di setiap sapanya, tersimpan ribuan makna dan harapan. Cinta yang tumbuh dari kata sederhana. Seperti bunga mekar, menggoda dalam keanggunan alaminya. Segala kesedihan tersingkir pergi. Meninggalkan ruang untuk kerinduan. Kita berdua di dunia yang bersahaja. Dalam setiap percakapan, terjalin cinta yang nyata. Di bawah cahaya bulan, kita saling berbagi rasa. Dan kepada bintang, sambil bercanda ceria. Senyum kita meluk malam tak bertepi. Cinta ini seperti lagu yang tak pudar.

Lama Berpisah

Sentuhan lembut langit membelai pipiku. Seolah menyeka bulir air mata yang kini mengalir tak lagi terbendung. "Berapa musim telah berlalu?" Jiwa ini bertanya pilu. Hampa kurasa setiap ruang. Ingatan tentang kamu selalu saja muncul tak terduga, seperti bayangan yang tak bisa diusir. Aku mengingat kembali semua kejadian yang telah kita lalui bersama. Senyum pahit yang terukir di bibirku. Hadiah kepedihan. Harapan yang tergerus. Kau telah mengoyak rasa yang kubangun pelan. Cinta yang dulu membara, kini berubah menjadi abu. Meninggalkan luka yang sulit untuk sembuh. Namun di balik setiap gemuruh yang menyerang, tersembunyi benih kasih yang tak ingin punah. Telah kucoba merangkai benci, namun kalbuku beku tak berdaya. Jejak langkahmu dan jejakku, kini terpisah oleh lorong waktu yang membentang. Tahukah engkau, duhai jauh di sana, bahwa rentang dan detik seolah tak kuasa menghapus sisa-sisa rasa yang membatu di relung jiwa? Barangkali memang aku serapuh ranting di musim gugur. Terl...

Kita Akan Bertemu

Menanti jejakmu di jalan sunyi yang penuh ragu. Di balik kabut malam yang menggulung lembut. Di antara bayang yang panjang. Oh, kekasihku yang hilang dalam pelukan waktu... Di manakah kau kini saat terang mulai meredup? Langit kelam menyimpan semua rasa. Bersama angin yang berbisik pilu. Sepi menghantui jiwa yang renta. Menghadirkan seribu kenangan di sana. Satu janji yang terpahat, takkan pudar. "Kita akan bertemu." Namun harapan seakan tenggelam dalam kedalaman pupus.  Di antara bintang dan bulan yang tak pernah sirna. Walau kala membentang, cinta kita sempurna. Di pelupuk mata, wajahmu terukir jelas. Di mana gerangan langkahmu kini? Aku masih menanti kedatanganmu. Hatiku sepi, merindukan hangatnya pelukanmu.

Sudut Sunyi Hati

Di sudut sunyi hati tempatku tersembunyi, di mana bayang-bayang cinta terbuai sepi. Seperti angin yang tak berujung mengembara. Meninggalkan jejak kerinduan yang parah. Luka tergores dalam. Tak kan pernah padam. Ketika kenangan datang merobek malam. Setiap detak jantung, bercerita tentangmu. Di antara harapan dan rindu yang kelabu. Cahaya rembulan enggan menyentuh, saat bayanganmu menari dalam kelam. Bintang pun enggan bersinar di langit hampa. Menyaksikan jiwa ini hancur tanpa rasa. Kisah yang ditulis oleh jemari sepi. Seolah takdir menjadikanku tak berarti. Dalam setiap bait, tersimpan kepedihan. Mengurat warna abu dari cinta yang hilang. Oh, betapa indahnya saat-saat berlalu. Kini hanyalah serpihan puing harapan semu. Di sudut sunyi hati, ku terbaring sendiri. Menanti embun pagi yang tak kunjung kembali. Cinta, oh cinta, kau adalah pedang yang memotong rasa dengan tajam tak terpanggang. Di sini aku berdiri, terperangkap dalam lara. Menanti suara hatimu di batas waktu yang fana. ...

Terulang

Kudengar suara kita di setiap langkah. Menggema dalam ruang sepi. Kenangan itu menari di ujung harapan yang luluh. Apakah bintang-bintang masih ingat padaku? Betapa asyiknya dulu kita mendaki langit tak berbatas.  Dalam khayalan malam, kita menari di batas mimpi. Tangan saling menggenggam, jiwa bersatu dalam eloknya harapan. Namun, ketika fajar menyingsing, keindahan itu memudar. Hanya menyisakan bayangan dari apa yang seharusnya bertahan. Kini, rasa ini bertanya, "Apakah semua bisa terulang?" Atau hanya serpihan pelangi setelah hujan reda yang terus menghilang tanpa jejak? Bisa jadi hati ini hanya terjerat dalam nostalgia. Meratapi apa yang hilang, sementara kehidupan berjalan tanpa kita sadari.

Abadi Dalam Kata-Kata

Image
Bintang-bintang bersinar dalam hening malam. Satu suara lembut menggema di angkasa. Takkan pernah habis kata-kata yang kuutarakan untukmu. Cintaku, sinar yang mulia. Dari lautan rasa, ombak datang silih berganti. Setiap detik menari dalam puisi lembut. Dengan jari-jari angin, aku tulis namamu. Dalam setiap embun pagi, ada wajahmu terukir. Oh, kasihku, dengarlah bait-bait ini. Seperti aliran sungai, tak akan berhenti. Kata-kata ini tulus dari relung hati. Membawa harapan, membawa kasih sejati. Bila matahari terbit dengan ceria dan pelangi menggoda setelah hujan reda, kuucapkan janji dalam setiap warna. Takkan pernah habis kata-kata untukmu selamanya. Dalam gelora angin, suara mengalun harmonis. Menyanyikan cinta yang takkan pudar oleh waktu. Setiap nafas adalah sajak. Setiap tawa adalah lagu. Untukmu, wahai cintaku. Hidupku adalah puisi penuh rindu. Jadi, dengarlah, kasih. Saat dunia berputar, kata-kataku tak akan pernah hilang dalam gelap. Karena dalam setiap detik, dalam setiap lirik,...

Tak Ada Hentinya

Dalam pelukan hangatmu, waktu seolah berhenti berlari. Langkah-langkah kita menari di atas awan impian yang tak lekang. Serpihan bintang jatuh kupersembahkan untuk setiap detik bersamamu. Dalam dekapan malam, aku berjanji akan selalu menyanyikanmu. Tak ada hentinya aku menyanjungmu. Seperti matahari yang tak pernah lelah bersinar. Setiap cahaya yang memancar dari matamu, membawa rasa bahagia tak terhingga. Di setiap bait yang mengalun dalam jiwa, aku temukan keabadian di dalam cintamu. Biarkan hatiku terus bersorak dalam pelangi warna-warna kehidupan. Karena kau, oh kekasih, adalah lagu terindah yang pernah ada.

Kita Ada

Tak pernah diriku menyangka akan ada seseorang menyusuri relung jiwa. Menaburkan benih bahagia di sudut-sudut sunyi ini.   Dia datang seperti embun pagi. Membelai lembut, semerbak harapan. Namun bayang-bayang takut mengintai, seperti awan kelabu menghimpit langit cerah.   Kebahagiaan ini bagaikan sinar yang silau. Membakar jantungku. Tapi di balik nyala, ada angin dingin ketidakpastian yang merayap menyusup ke dalam jiwaku.   Akankah semua ini hanya ilusi sementara?   Seperti pasir yang mengalir di telapak tangan. Akankah dia pergi meninggalkan jejak kenangan yang terkurung dalam sepi?   Setiap senyuman, ada keraguan. Setiap tawa, tersimpan hampa. Di sudut hati yang gelisah, takut kehilangan. Takut terbangun dari mimpi.   Aku belajar merasakan meski terhalang ketakutan. Meski tak pasti berapa lama, aku akan mencintai setiap detik yang kau beri.   Karena mungkin, bahagia yang kita miliki adalah keajaiban yang terlahir ...

Melukis Luka

Warna-warna sendu dalam kebisingan malam. Melukis luka yang tak terhapus. Setiap sapuanku bercerita tentang hujan yang mencuri senyum di wajahku dan mengubah tawa jadi bayang.  Seperti langit kelabu. Tak berbintang. Hanya ada angin dingin yang menembus jiwa. Di sudut hati, aku menemukan jejak. Setiap goresan adalah kenangan yang terperangkap dalam waktu yang mati. Kaca jatuh. Pecahan rasa yang tajam. Sebuah kisah tentang kehilangan yang tak pernah bisa terobati.

Kembali Bersama

Rintik hujan membasahi jendela. Membawa kenangan yang takkan terlupa. Bayangmu hadir dalam setiap hela nafas. Menyelimuti hati dengan rasa rindu yang nyata. Di bawah pohon mangga tua, kita pernah berjanji untuk setia. Senyummu bagai mentari pagi. Menghangatkan hati yang sepi. Jarak memisahkan. Waktu terus berlalu. Oh, rindu ini tak pernah pudar sedikitpun. Setiap malam, kuukir namamu dalam mimpi. Bersamamu, dunia terasa begitu berarti. Aku berharap suatu saat nanti, kita bisa kembali bersama di bawah langit yang sama.

Melupakanmu

Goresan luka merah di malam kelabu. Hatiku hancur berkeping-keping mengingat saat kau pergi. Cinta yang dulu indah, kini berubah menjadi duri. Menusuk dalam. Meninggalkan bekas yang tak kunjung hilang. Bayangmu menghantuiku di setiap sudut ruangan. Ingin kuhapus, namun kenangan begitu kuat mengakar. Langkahku terasa berat. Hatiku pilu. Semua kebersamaan yang pernah kita miliki. Kapan aku bisa melupakanmu, wahai cinta? Walau terus mencoba, namun di balik senyumku air mata jatuh perlahan. Merindukan hangatnya kasih sayangmu. Aku tahu mungkin ini egois, tapi aku berharap kita bisa kembali seperti dulu. 

Kau yang Ku Damba

Angin berbisik tatkala malam menjelma. Bintang-bintang pun menari di angkasa. Setiap detak jantung bersenandung rasa. Hanya kaulah yang ku damba, percayalah. Dalam pelukanmu, rasa ini membara. Hangat cintamu takkan pernah sirna. Denganmu, terukir cerita abadi. Seperti aliran sungai yang setia, hanya kaulah yang ku damba selamanya.

Mentari di Ujung Pagi yang Cerah

Seperti embun menempel di dedaunan, kedamaianmu memberi kehidupan. Setiap tawa, setiap desahan menjadi nada dalam lagu penuh harapan. Wajahmu bercahaya laksana bintang malam. Mengusir gelap yang pernah datang. Dalam pelukanmu, waktu terhenti. Dan dunia pun terasa lebih indah lagi. Bagaikan mentari di ujung pagi yang cerah. Hangat senyummu menyentuh jiwa. Memenuhi relung hatiku yang sepi. Merajut hari penuh warna di antara canda dan tawa. Setiap detik bersamamu tak ternilai. Ku temukan nyata. Wahai kekasih, kaulah segalanya.

Kotak Kayu Tua

Di sudut kamar, kotak usangku berdiam. Menyimpan sejuta kenangan yang terpendam. Indah dan pilu berbaur. Kita begitu dekat dan selalu. Foto-foto pudar, surat cinta menguning, dan sebuah kalung perak.  Tintanya memudar seiring waktu. Namun kata-katamu masih terngiang begitu akut. Ketika bulan purnama, kita tertawa lepas. Kini hanya bayang. Hujan rintik pun tak lagi terasa sama. Liontin hati ini lambang janji kita. Oh, masih ku ingat. Kini terasa dingin, menyayat hatiku yang renta. Aku merangkai kata, mencoba melukiskan rindu pada malam sunyi di bawah rembulan redup. Ingin ku kembali ke masa lalu, saat kita masih bersama.  Ukiran nama kita abadi dalam jiwa. Meski kau tak lagi di sini, cintaku takkan pernah mati. Selalu hidup dalam setiap hela nafas, dalam setiap denyut nadiku yang diam. Kotak kayu tua ini adalah pelabuhan terakhirku, rumah bagi kenangan kita. Dan aku akan selalu mencintaimu. Selamanya.

Rahasia Indah

Di kantin ramai. Hatiku berdebar, seakan hendak memanggil namamu. Tatapanmu menusuk kalbu. Sejak saat itu, dunia terasa berbeda. Kau bagai bintang yang menerangi hidupku. Langkahmu selalu kuikuti diam-diam. Seulas senyum membuatku terpaku. Bagai embun pagi yang menyegarkan. Setiap kata yang kau ucapkan, kuukir dalam hati. Kaulah rahasia indah yang tak ingin kubiarkan pergi. Di bawah langit malam nan penuh bintang gemerlap, kau ucapkan kata cinta. Lalu kita berjanji. Pelukan hangat yang menyelimuti jiwa, sekaligus menjadi sandaran hati. Kekasih, cinta kita abadi. Takkan pernah sirna.

Saksi Bisu

Kenangan tentang dirimu kembali menyeruak, membawaku pada nostalgia masa lalu yang indah. Engkau. Lelaki yang pernah mengisi hari-hariku dengan warna. Di antara serpihan waktu, bisik janjimu abadi, menjadi air mata yang tak pernah kering di pipiku. Kau bilang kau akan kembali. Saat itu, hatiku percaya sepenuhnya. Namun, janji itu perlahan memudar, tergerus oleh sepi yang membentang. Jarak dan kesibukan kita masing-masing membuat kita semakin jauh. Hari ini kita bertemu lagi secara tak sengaja. Di kafe itu, di bawah guyuran hujan yang sama seperti sekarang. Detak jantungku berpacu kencang saat kau menatap mataku. Tatapan itu. Tatapan yang dulu selalu membuatku merasa aman. Senyumanmu pun masih sehangat dulu. Kau masih serupa, tapi entah kenapa terasa lebih dewasa. Kata yang terjalin ketika merajut kisah silam. Terucap pula angan yang kita semai berdua. Segalanya nyata dalam hangatnya bicara, hingga terlupa waktu tak lagi sama. Di altar netramu, kulihat rembulan sendu bersembunyi. Memanc...