Lama Berpisah

Sentuhan lembut langit membelai pipiku. Seolah menyeka bulir air mata yang kini mengalir tak lagi terbendung. "Berapa musim telah berlalu?" Jiwa ini bertanya pilu. Hampa kurasa setiap ruang. Ingatan tentang kamu selalu saja muncul tak terduga, seperti bayangan yang tak bisa diusir. Aku mengingat kembali semua kejadian yang telah kita lalui bersama. Senyum pahit yang terukir di bibirku. Hadiah kepedihan. Harapan yang tergerus.

Kau telah mengoyak rasa yang kubangun pelan. Cinta yang dulu membara, kini berubah menjadi abu. Meninggalkan luka yang sulit untuk sembuh. Namun di balik setiap gemuruh yang menyerang, tersembunyi benih kasih yang tak ingin punah.

Telah kucoba merangkai benci, namun kalbuku beku tak berdaya. Jejak langkahmu dan jejakku, kini terpisah oleh lorong waktu yang membentang. Tahukah engkau, duhai jauh di sana, bahwa rentang dan detik seolah tak kuasa menghapus sisa-sisa rasa yang membatu di relung jiwa?

Barangkali memang aku serapuh ranting di musim gugur. Terlalu dalam mencintaimu hingga membutakan mata pada kenyataan yang mengiris. Bahkan kini, di tengah sunyi yang mencengkam, bayangmu masih kuinginkan. Meski kusadari, setiap desah kerinduan adalah sembilu yang menghujam. Senyummu dulu kini tinggal kenangan yang membekas pilu. Matamu yang senantiasa berkilau tiap kali menatapku. Dan pelukanmu yang selalu membuatku merasa aman. Aku terus berusaha mempertahankan hubungan kita. Memberikan kesempatan demi kesempatan, meski hatiku sudah terluka berkali-kali. Namun, itu semua sia-sia.

Begitu banyak kejadian, namun hatiku menolak untuk membenci sosok yang pernah kurindu.






Comments

Popular posts from this blog

Forever and Ever

Shine Bright

Long Lonely Nights